Meinawati Prastutiningsih
Pemilu baru sehari berlalu.  Tapi seminggu sebelumnya, simpatisan dan kader masing-masing partai telah bekerja keras membersihkan poster dan baliho, yang terpampang di sepanjang jalan.  Hmm, ternyata bersih-bersih tersebut membuat mata menjadi nyaman..

Menarik mengamati fenomena yang terjadi dalam Pemilu tahun ini.  Tahun ini masing-masing caleg boleh menampilkan dirinya.  Sehingga tak heranlah mereka berlomba-lomba membuat poster dengan pose terbaik, slogan yang paling mengena dan ukuran yang menyakitkan mata, tetapi hasilnya malah berkesan konyol.

Menarik juga mengamati bagaimana partai berlomba-lomba meminang artis sebagai vote getter, dengan menjadikan mereka caleg partainya.  Aku sama sekali tidak anti artis yang mencalonkan diri menjadi caleg.  Tetapi buatku, lebih penting bila sebelumnya mereka yakin bahwa memang mereka memiliki kapabilitas dan kompetensi untuk tugas tersebut.  Sayangnya, dari pernyataan beberapa artis di media semakin memperkuat persepsiku bahwa caleg artis tersebut, sebagian besar, memang tidak ada apa-apanya.  Simak pernyataan menarik mereka :
·         Artis VM “Saya akan memasyarakatkan senam kepada seluruh rakyat”  (Bu, buat rakyat yang penting kayaknya sandang-pangan-papan-pendidikan dulu deh…)
·         Artis TF “Selama ini saya memilih tanpa tahu siapa yang saya pilih.  Sekarang, rakyat dapat memilih saya karena mereka tau siapa saya..” (Pak, lha mereka memilih sampeyan kan karena tau sampeyan artis, tapi apa sampeyan yakin mereka tau kerja sampeyan?).  Lebih lanjut, artis ini menjelaskan sekelumit rencana kerjanya, dengan melakukan studi banding ke luar negeri, dengan mengambil pengalaman sewaktu dirinya ke luar negeri (Lah, belum-belum udah ketahuan maunya jalan-jalan doang, lagipula jalan-jalan jadi turis mah yang diperoleh beda atuh..)

Fenomena lain, banyak keluarga selebritis yang memanfaatkan popularitas mereka dengan menampilkannya di poster.  Sehingga jangan heran, bila menemukan poster dengan informasi “ayah si ini atau si anu..” (herannya kebanyakan memang ayah yang nebeng popularitas anaknya).  Kalau memang benar ayah si ini atau si anu, trus kenapa memangnya?

Untuk caleg yang bukan dari kalangan selebritis, mereka melakukan hal yang sama dengan penekanan yang berbeda, seperti : “anak/ keponakan/ cucu dari kyai…..”,  “murid ustadz….” ; “anak dari pengusaha/politikus….”.  Yang lebih seru lagi terjadi di daerah.  Ada satu poster caleg perempuan yang bertuliskan “Istri Aa Fery…”  Lah, emang di dunia cuma ada satu nama Fery ya…

Hmm, jadi kumat nih jahilnya… Kalo aku disuruh membuat poster seperti itu, maka aku akan membuat seperti ini….
“Caleg Mn, anak dari ayah ibunya, cucu dari kakek neneknya, tetangga dari tetangganya…”   Hehe..gak penting.  Sudah ah… (Mn, Juli 2009)
Labels: edit post
0 Responses

Post a Comment