Menatap hadirmu tak pernah cukup buatku
Rindu yang membuncah deras di tiap aliran darahku
Menggapaikan tanganku menyentuhmu, merasaimu
Mendengar alun suaramu tak pernah puaskan telingaku
Sejuknya, iramanya, bawaku melayang
Membuatku ingin mencerap semua bahasa dan katamu,
bahkan yang tak terucap sekalipun
Memandang dalam-dalam ke bola matamu tak pernah bosankan aku
Walau getarnya membuat luluh tulang-tulangku
Aku boneka lilin tanpa daya di bawah tatapanmu
Bahwa akhirnya ketidakpastian dan ketidakyakinan
Membuat aku tak berdaya
Membuat aku tak berani
Memaksaku menahan diri untuk merengkuhmu dalam duniaku
Tapi sungguh aku kangen kamu…
saga merah (nama alias yg aku pakai mempublikasikan puisi ini di satu milis)
Jakarta, 15/01/04
Rindu yang membuncah deras di tiap aliran darahku
Menggapaikan tanganku menyentuhmu, merasaimu
Mendengar alun suaramu tak pernah puaskan telingaku
Sejuknya, iramanya, bawaku melayang
Membuatku ingin mencerap semua bahasa dan katamu,
bahkan yang tak terucap sekalipun
Memandang dalam-dalam ke bola matamu tak pernah bosankan aku
Walau getarnya membuat luluh tulang-tulangku
Aku boneka lilin tanpa daya di bawah tatapanmu
Bahwa akhirnya ketidakpastian dan ketidakyakinan
Membuat aku tak berdaya
Membuat aku tak berani
Memaksaku menahan diri untuk merengkuhmu dalam duniaku
Tapi sungguh aku kangen kamu…
saga merah (nama alias yg aku pakai mempublikasikan puisi ini di satu milis)
Jakarta, 15/01/04
Post a Comment