Meinawati Prastutiningsih
Jum’at pagi, masih tetap berjuang di tengah kemacetan Jakarta.  Sesampai di kantor, dengan sedikit bergegas aku melangkah menuju jajaran lift di lantai dasar.  Huah, sudah lewat sepuluh menit dari jam resmi kantor.  Sambil menunggu lift, aku melayangkan pandangan ke arah satpam yang sedang bertugas.  Seorang bapak berusia lebih separuh baya, yang ramah dan selalu menyapaku bila bertemu, seperti pagi ini.

“Terlambat mbak? Macet ya?” sapaan seseorang membuatku memutar kepala ke arah datangnya suara.  Seorang gadis hitam manis, berambut lurus sebahu, dengan blus batik warna cerah, menatapku sambil tersenyum.  “Heh..iya…” jawabku singkat, sambil berusaha keras mengingat-ingat siapa gerangan si penyapa ini.  Di dalam lift, bahkan setelah dia keluar lift di lantai 5 sambil kembali melemparkan senyuman, aku masih tetap belum bisa mengingat siapa dia.

Hal tersebut segera terlupakan, karena aku langsung terbenam dalam tumpukan pekerjaan.  Menjelang istirahat makan siang, si penyapa muncul di dekat ruanganku, menyerahkan setumpuk surat pada administrasi kantorku.  Oh..aku baru ingat, ternyata si penyapa adalah Lala, office girl dari satu company dalam grup perusahaanku yang memang sering lalu lalang di kantorku.

Sesuatu langsung mengusikku.., betapa pendeknya ingatan seseorang.  Betapa ingatanku mengasosiasikan Lala hanya dengan seragamnya, sehingga bila dia tidak mengenakan seragamnya, ingatanku akan dia langsung blank, seperti kertas putih polos.

Aku tercenung.  Seberapa sering aku mengasosiasikan seseorang hanya dengan seragamnya?  Berapa banyak dari mereka yang tidak kukenali lagi bila mereka tidak berseragam?  Dengan malu hati, aku mengakui bahwa aku sering mengalaminya.  Sering aku merasa mengenal seseorang bila kebetulan aku melihatnya melintas, atau kebetulan mereka menyapaku, tapi tanpa aku tahu pasti siapa mereka.  Berarti, buatku mereka hanya “individu berseragam”, tak lebih tak kurang.  Ya ampun…aku malu. OK, aku punya satu pe-er pribadi.  Menanamkan pesan di kepalaku, bahwa mereka lebih dari sekedar seragam.  Mereka individu yang juga akan merasa dihargai, jika aku bisa – minimal – mengingat mereka, tanpa seragam mereka.  (Mn,10/04/09)
Labels: edit post
0 Responses

Post a Comment