Meinawati Prastutiningsih
Sabtu pagi…tiba-tiba banyak media memberitakan berita duka, tentang berpulangnya seorang selebriti sekaligus politikus, Adjie Massaid.  Entah mengapa tiba-tiba ada rasa sedih dan kehilangan.  Padahal aku tidak mengenal Adjie dan tidak pernah mengidolakan dia.  Tapi yg aku tau dia adalah orang baik, yang tidak pernah neko-neko dan tampaknya memang seseorang yang down to earth.  Semoga perjalananmu kembali ke rumah Maha Penciptamu dilancarkan dan jiwamu memperoleh tempat terindah di sisiNya. (note : sampai hari ini, Rabu, tayangan tv mengenai cerita kehidupan dan cinta Adjie masih tetap menghadirkan keharuan.  Dia memang orang baik).
Berita duka memang selalu menghadirkan rasa sedih dan kehilangan bagi yang ditinggalkan.  Perjalanan waktu seorang anak manusia di dunia pasti terkait dengan hidup manusia-manusia lain. Interaksi tersebut yang akan meninggalkan kesan dan kenangan bagi yang ditinggalkan.  Baik-buruk, dangkal-dalam, pahit-manis…kesan dan kenangan tersebut akan ditentukan oleh kualitas dan intensitas hubungan satu manusia dengan manusia lainnya. 
Jamak dalam masyarakat kita, kualitas seseorang tergambar pada saat yang bersangkutan berpulang.  Yang umum terjadi adalah orang-2 yang baik akan diantarkan oleh banyak orang menuju peristirahatan terakhirnya.  Banyak orang yang sedih dan kehilangan sosoknya.  Satu selebriti yang kepergiannya menghadirkan rasa sedih bahkan membuat aku menangis adalah Taufik Savalas.  Aku juga tidak mengenalnya…aku juga tidak pernah mengidolakannya.  Tapi pada saat kepergiannya aku jadi tau kualitas seorang Taufik Savalas di mata orang lain.  Betapa banyak orang yang menangisinya, betapa banyak yang menghantarkannya ke peristirahatan terakhir.  Aku baru tau bahwa Taufik adalah seseorang yang murah hati, sederhana, sangat peduli pada sesama terutama yang tak berpunya dan yatim piatu.  Itu yang membuat aku tersentuh…. Semoga jiwamu tenteram dan tenang disana Taufik…
Saat ayahku dirawat di RS hingga wafatnya, aku juga bisa melihat bagaimana kualitas ayahku di mata orang lain.  Tentu saja dimataku beliau adalah ayah terbaik, dengan segala kekurangan dan kelebihannya sebagai manusia dan ayah.  Tetapi saat itu aku bisa melihat  bagaimana mereka memandang ayahku.  Ayahku adalah seorang anggota ABRI (marinir tepatnya), dan sempat menjadi komandan di beberapa kesatuan.  Info yang pernah aku dengar adalah beliau adalah sosok yang tegas dan disiplin, tapi tetap mampu mendekatkan diri pada anak buahnya.  Saat di RS juga, ayahku memdapat kunjungan dari mantan anak buahnya.  Beberapa diantara mereka keluar kamar ayahku dengan mata merah, tak kuasa menahan tangis…mereka bilang mereka tak tahan melihat kondisi ayahku (ayahku mengalami stroke yg menyebabkan kata-katanya sulit dimengerti).  Gak kebayang kan tentara yang identik dengan keras dan tegas, menangis di RS. 
Aku pernah baca satu kata-kata indah seperti ini :

You are Rich or Poor in life by…
Smiles around you.
Friends you make
People you are with
Ideas you have
Dreams you chase
Love you spread

How rich are you now?  (PravsWorld)

Aku pribadi setuju dengan kata-kata indah, karena Islam juga menekankan hal tersebut hablum minannas(hubungan dengan sesama), disamping tentunya yang utama hablum minallah (hubungan dengan Allah).  Jadi jangan bangga dengan gelar. harta, kedudukan… Semua itu tidak akan ada artinya kalau tidak dipergunakan untuk membangun hablum minannas, untuk menyempurnakan hablum minallah… Karena kalau waktunya tiba nanti, semua itu (gelar, harta, kedudukan) tidak akan ada artinya, yang akan menemani hanya amalan.  Jadi siapkah kita dengan bekal yang kita punya sekarang?  (Mn, 05/02/11)
Labels: edit post
0 Responses

Post a Comment