Meinawati Prastutiningsih
Entah kenapa tiba-tiba ingatanku melayang pada film dengan judul di atas.  Film yang dibintangi almarhum Heath Ledger dan Jake Gylenhall, menurutku termasuk film yang “berani’.  Memang ini bukan film pertama yang mengangkat cerita tentang kaum homoseksual, karena aku masih ingat ada Philadelphia.  Tetapi kekuatan emosi pemainnya jauh lebih besar eksplorasinya dibandingkan dengan Philadelphia, yang lebih banyak menyoroti masalah hukum.

Jujur, menonton film ini membuatku menangis.  Aku seakan-akan terhanyut pada ketulusan dan “kedalaman” cinta dua orang manusia, yang oleh sebagian besar masyarakat masih menganggapnya terlarang.  Padahal, kalau mau jujur, cinta terlarang tersebut sudah ada hampir sepanjang usia manusia. 

Aku pribadi, memandang masalah homoseksual adalah masalah yang sangat personal.  Itu adalah hak hidup dan pilihan seseorang.  Aku mengenal beberapa teman yang akhirnya mengaku, bahwa mereka gay/lesbian.  Sungguh, buat mereka bukan hal yang mudah untuk mengakui dan mengekspos pilihan hidup mereka kepada keluarga dan masyarakat.  Cap bahwa homoseksual adalah hal yang tidak wajar, membuat mereka menempatkan diri mereka dalam posisi yang rentan terhadap cemooh orang lain. 

Beberapa tahun sebelum film Brokeback Mountain diputar, aku sempat menemukan buku dengan judul sangat provokatif “Lelaki Terindah” karangan Andrei Aksana.  Buku pertama yang memperkenalkanku pada buku-buku karangan Andrei Aksana berikutnya.  Pertama melihat buku ini, aku terpesona dengan deretan puisi di halaman belakang yang buatku sangat indah.  Saat itu aku, yang sedang mabuk asmara pada pria pujaanku..hmm..hmm..:), mengira bahwa puisi tersebut dibuat oleh seorang perempuan untuk kekasihnya.  Siapa sangka, bahwa ternyata puisi tersebut dibuat oleh seorang pria untuk “lelaki terindah” dalam hidupnya.  Coba aja simak ini :

Suatu ketika dulu
Aku pernah dihanyut asmara

Tapi tak pernah ku tenggelam
Karena kekuatan cintamu
Menjadi perahu dan dayungku

Hanya engkaulah yang mampu
Melenyapkan ragu menjadi tahu
Memupuskan kelu menjadi deru

Hanya engkaulah yang bisa
Menggantikan tawar menjadi rasa
Menghadirkan tiada menjadi ada

Karena hanya engkaulah...
Lelaki terindah di hidupku     (Lelaki Terindah - Andrei Aksana)

Saat membaca novel itu, aku sengaja membiarkan diriku terhanyut oleh perasaan dua orang yang saling mencinta tersebut.  Sehingga aku benar-benar bisa merasakan bahwa cinta mereka sama tulusnya, sama dalamnya, seperti cinta yang aku rasakan untuk lelaki terindah dalam hidupku (saat itu..hehe..). 

Kadang-kadang aku bisa merasakan kegamangan mereka, seperti yang aku rasakan dari teman-2ku, dalam menghadapi dunia di luar kaum mereka.  Bukan hal yang mudah untuk mereka, bersikap normal, di saat orang lain memandang mereka dengan tatapan aneh.  Aku tidak mau ikut-ikutan menghakimi mereka dengan masalah larangan dan dosa dalam agama.  Karena seperti yang aku katakan sebelumnya, itu adalah pilihan yang sangat pribadi dan biarlah masalah dosa  atau tidak, menjadi urusan antara mereka dengan Tuhannya. (Mn, 29/01/11)
Labels: edit post
0 Responses

Post a Comment